Rabu, 04 November 2009
Visi dan MiSi keSenIan baTiK
AgaR keBudayaan kita naNti tiDaK di kLaim oLeH negara" Lain...
maRi kiTa saMa-saMa mEnJaga dan meLesTarikan keBudayaan" IndoNeSia...
I LOVE YOU FULL INDONESIA
By.JELLY YANA & DINI MELA SARI XI IPA 4
kesenian batik
Batik di Indonesia dapat ditemukan di berbagai tempat, baik itu di Pulau Jawa yang secara "tradisional" dikenal sebagai penghasil kain batik, maupun di tempat-tempat lainnya di luar Pulau Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Di masa lalu, batik yang dibuat di berbagai daerah itu memiliki perbedaan yang sangat jelas. Hal itu karena dipengaruhi berbagai faktor, antara lain bahan yang digunakan, cara pembuatan, budaya, dan kepercayaan masyarakat setempat. Meski setiap daerah pembatikan di Indonesia memiliki kekhasan masing-masing, semuanya adalah kekayaan rakyat Indonesia yang pantas dilestarikan, dikembangkan, dan di promosikan di dunia. Ketika Unesco menetapkan batik Indonesia sebagai warisan dunia, hal ini merupakan momen penting bagaimana kita sebagai bangsa harus mampu mengembannya. Masyarakat Indonesia patut berbangga.
Asal mula batik
Kata batik berasal dari sebuah kata dalam bahasa Jawa, yaitu ambatik yang arti secara teknisnya menuliskan atau menorehkan titik-titik ke selembar kain mori dengan menggunakan canting yang berisi lilin panas. Dalam bahasa Jawa, kata batik diartikan sebagai anulis atau anyerat yang berarti menulis, yang dalam arti yang luas disebut menggambar.
Teknik membatik sebenarnya sudah berumur ribuan tahun. Beberapa ahli bahkan menyebut teknik membatik mungkin berasal dari kebudayaan kuno bangsa-bangsa di Afrika, Timur Tengah (bangsa Sumeria kuno), dan beberapa bangsa kuno di Asia yang terus menyebar hingga sampai ke Indonesia. Awalnya, kain batik hanya dikenal sebatas lingkungan keraton atau kerajaan, semula hanya dipakai oleh kalangan bangsawan dan raja-raja. Namun, seiring dengan perkembangannya, kain batik dikenal luas di kalangan rakyat dan terus berkembang hingga masa sekarang. Jumlah dan jenis motif kain batik yang mencapai ribuan jenis ini mempunyai ciri khas pada masing-masing daerah di Indonesia. Walaupun terdapat jenis batik cap, kain batik tulis yang dibuat dengan menggunakan canting banyak diminati konsumen.
Kesenian batik ini di Indonesia dikenal secara luas sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga keluar Pulau Jawa dan berkembang di kerajaan-kerajaan lain di nusantara. Kesenian batik menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19, di mana batik yang dihasilkan hanya batik tulis yang masih menggunakan peralatan sederhana, dan menggunakan bubur ketan sebagai perintang karena belum dipakai lilin atau malam. Awal abad ke-20 batik cap dikenal setelah selesainya perang dunia I atau sekitar 1920-an. Meskipun pembatikan dikenal sejak zaman Majapahit, perkembangan seni batik mulai menyebar pesat di daerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakarta.
Batik di Jawa Barat
Perkembangan seni batik di daerah pembatikan Jawa Barat dikenal di beberapa daerah, seperti Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Cirebon, Kuningan, dan Indramayu.
Seni batik di Tasikmalaya diduga dikenal sejak zaman kerajaan "Tarumanagara". Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan ialah Wurug/Urug terkenal dengan batik kerajinannya, Sukapura, Mangunraja, Maronjaya, dan Tasikmalaya kota. Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-19 meski kini batik Ciamis dapat dikatakan hampir tidak ada. Sementara itu, di daerah Cirebon seni batiknya memiliki kaitan dengan kerajaan yang ada di daerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuhan, dan Keprabonan. Motif Megamendung dan Wadasan merupakan motif yang paling banyak digunakan dalam seni batik Cirebon. Seni batik Kuningan muncul dalam beberapa tahun belakangan atas prakarsa keluarga Pangeran Jati Kusuma, yang banyak mengangkat ragam motifnya dari ornamen arsitektur dan lingkungan alam sekitar. Seni batik Garut banyak menggambarkan motifnya dengan nama-nama yang terinspirasi dari kekayaan alamnya; Merak Ngibing, Patah Tebu, Lancah, Rereng Camat, Papangkah, dan lain-lain. Pada warna batik Garutan dijumpai warna biru, gumading (kuning gading), kopi tutung (cokelat tua), sering pula dijumpai warna krem-putih yang menjadi latar kain batik yang disebut sebagai lepaan, yaitu membiarkan bidang latar kain tetap berwarna putih.
Ketika batik mengalami masa keemasannya kembali beberapa tahun ke belakang, daerah-daerah lain yang tidak memiliki akar budaya pembatikan mulai menggeliat memunculkan seni batik di daerahnya masing-masing. Cimahi, Bogor, serta beberapa daerah lain mulai giat menggarap batik sebagai salah satu kekuatan baru dalam bidang seni, budaya, dan penguatan ekonomi.
Batik sebagai salah satu hasil budaya dalam tekstil turut berperan dalam menempatkan Indonesia secara istimewa di dunia dan menjadikan sebagian dari tekstil Indonesia dikenal sebagai salah satu tekstil terbaik dunia. Batik Indonesia memiliki kekuatan untuk terus bertahan di tengah deraan tekstil-tekstil printing yang diproduksi secara modern dan cepat. Batik sebagai salah satu produk kebudayaan dan kesenian memiliki keunggulan karena telah "bercerita" dengan berbagai variasi dalam ragam hias motif dan warnanya. Sebagai produk kerajinan, batik memiliki kriteria yang telah dipenuhi sesuai dengan persyaratan produk unggulan dalam bidang kriya tekstil. Hal itulah yang membedakannya dengan tekstil lainnya. Dengan adanya semangat menghadirkan dan memperkenalkan seni batik di berbagai daerah di Jawa Barat khususnya, hal ini menjadi salah satu kekuatan baru dalam "mengecilkan" peran tekstil bermotif batik (batik printing) yang kini marak dijumpai. Mari kita mulai memahami dan mencintai dengan menggunakan kain batik tradisional Indonesia.***